Perhitungan Turnover Karyawan
Turnover Tidak Sukarela (Involuntary Turnover)
Ini terjadi ketika perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan karyawan, biasanya karena alasan kinerja yang buruk, pelanggaran aturan, atau pengurangan jumlah karyawan (PHK).
Yuk Perhatikan Turnover Rate Perusahaan Anda
Sudah waktunya memperhatikan kesejateraan dan kepuasan kerja karyawan. Tidak hanya bekerja seperti mesin, karyawan juga perlu dibahagiakan dan mendapatkan ketenangan dari perusahaan. Misalnya dari lingkungan kerja atau dari aspek lainya.
Hitung turnover rate perusahaan Anda, dan temukan nilainya.
Sekian ulasan tentang Turnover Perusahaan dari pengertian sampai dengan pencegahannya. Semoga bermanfaat!
Mengatasi Turnover dengan Engagement Karyawan
Masalah turn over sering dikaitkan dengan 3 hal, yaitu masalah kebahagiaan karyawan, kesejahteraan dan juga kepuasan kerja. Jika karyawan tidak mendapatkan 3 hal ini, maka ia memiliki potensi besar untuk melakukan pengunduran diri.
Tiga hal diatas, juga bisa didapatkan dari perusahaan. Dimana perusahaan bisa menciptakan lingkungan kerja yang cukup bagus, memberikan gaji dan tunjangan karyawan yang cukup dan sesuai, juga memberikan beban kerja sesuai dengan jobdesk dan kemampuan karyawan.
Jika perusahaan bisa mengatasi hal ini maka tentu saja engagement karyawan juga akan didapatkan. Engangement karyawan ini bisa membuat perusahaan menghindari turnover. Berikut yang masuk sebagai upaya engagement karyawan.
Dengan engagement karyawan ini, karyawan akan merasa puas dan Bahagia bekerja di perusahaan tersebut.
Namun cara engagement karyawan ini hanya bisa efektif diterapkan untuk karyawan yang memiliki masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan perusahaan. Sedangkan untuk karyawan yang melakukan resign karena urusan pendidikan, umur, atau masalah pribadi di luar kendali HR tidak efektif menggunakan cara seperti ini.
Apa itu Turnover Karyawan?
Turnover karyawan merujuk pada jumlah total karyawan yang meninggalkan tempat kerja dalam periode waktu tertentu, baik karyawan yang keluar secara sukarela maupun karyawan yang dipecat atau diberhentikan.
Perlu dipahami bahwa turnover berbeda dengan attrition. Ketika menghitung attrition, kamu tidak menghitung angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau pemecatan.
Tingkat turnover harus dilihat dalam konteks karena setiap industri memiliki kasus yang berbeda. Contohnya, industri perhotelan dan ritel yang biasanya memiliki tingkat perputaran karyawan yang lebih tinggi daripada industri lainnya.
Setiap tempat kerja harus membandingkan tingkat turnover karyawan dengan bisnis lainnya yang berada dalam industri yang sama untuk mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana tempat kerja tersebut bisa mempertahankan karyawannya.
Contohnya adalah bisnis restoran. Manajer Sumber Daya Manusia (SDM) di restoran menghadapi berbagai tantangan, termasuk mengelola karyawan yang pertama kali bekerja, karyawan part-time, karyawan musiman (seasoned worker), dan karyawan pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Selain itu, mobilitas karier di restoran sering terjadi dengan pindah ke tempat kerja baru. Tidak heran jika turnover karyawan di restoran dinilai tinggi karena berbagai alasan tersebut.
Namun, restoran tersebut tetap bisa mengembangkan rencana SDM yang solid untuk mengurangi tingkat turnover dan meningkatkan semangat dan kerja sama tim yang semuanya akan berdampak positif pada pengalaman pelanggan (customer experience).
Umumnya, tingkat turnover yang tinggi menandakan adanya masalah, seperti metode rekrutmen, budaya kerja, struktur kompensasi dan tunjangan, manajer kepemimpinan, pelatihan, jalur karier, serta berbagai faktor lainnya.
Baca juga: Employee Retention: Pengertian & Strategi Meningkatkan
Menerapkan Succession Planning
Succession planning adalah proses pengembangan karyawan untuk mempersiapkan mereka menggantikan posisi pemimpin, manajer, executive, atau posisi-posisi penting lainnya ketika karyawan sebelumnya pindah jabatan, meninggalkan perusahaan, dipecat, atau pensiun.
Succession planning sangat penting karena dibuat untuk mempersiapkan karyawan agar perusahaan tetap dapat berjalan tanpa interupsi dalam waktu yang lama ketika ada pergantian posisi karyawan.
Selain itu bagi karyawan sendiri, hal ini akan meningkatkan employee engagement karena selain mereka dilibatkan dalam program pengembangan karyawan, mereka juga merasa dihargai.
Membantu Anda dalam membangun strategi succession planning yang optimal, Mekari Talenta hadir dengan fitur baru Succession Plan.
Dengan fitur ini, Anda dapat membuat sebuah talent pool internal untuk menyiapkan karyawan-karyawan Anda menggantikan posisi-posisi penting di masa mendatang.
Talent pool ini dapat terintegrasi dengan sistem HRIS Mekari Talenta seperti Performance Management di mana Anda juga dapat memantau perkembangan karyawan. Jadi, Anda juga bisa melihat bagaimana kesiapan mereka memegang posisi kunci di masa mendatang.
Baca juga: Turnover Karyawan Jadi Masalah Menakutkan Perusahaan, Apa Solusinya?
Ketidakstabilan dan Kecemasan Karyawan yang Tersisa
Karyawan yang tersisa mungkin merasa tidak pasti tentang masa depan perusahaan dan karier mereka. Ketidakstabilan dan stres di tempat kerja dapat mempengaruhi produktivitas, kesejahteraan, dan kebahagiaan karyawan yang masih bertahan.
Cara menghitung bonus tahunan karyawan
Pada praktiknya, pembayaran bonus tahunan tidak selalu pada akhir tahun. Ada perusahaan yang memberikannya pada awal tahun, tengah tahun, atau bersamaan dengan pembayaran THR.
UU tidak pernah mengatur cara menghitung bonus akhir tahun, sehingga para HR perusahaan menggunakan best practice sebagai pedoman perhitungan bonus tahunan karyawan yang dianggap proporsional dan adil.
Perhitungan bonus tahunan karyawan menggunakan rumus yang melibatkan sejumlah variabel, yaitu masa kerja, level jabatan, departemen, besaran gaji, dan sanksi surat peringatan (SP).
Rumus bonus akhir tahun adalah:
Bonus = gaji x masa kerja x level jabatan x departemen x sanksi SP
Penjelasannya seperti berikut:
Gaji merupakan variabel pokok yang memengaruhi perhitungan bonus tahunan karyawan. Besaran bonus karyawan berbanding lurus dengan besaran gajinya.
Masa kerja juga ikut menentukan besaran bonus tahunan, sebab masa kerja karyawan mengindikasikan kontribusi karyawan terhadap bisnis dan loyalitas terhadap perusahaan. Semakin lama karyawan bekerja di perusahaan, bobot poin untuk perhitungan bonusnya juga akan semakin besar.
Bonus tahunan juga dipengaruhi oleh level jabatan karyawan. Level jabatan berkorelasi dengan porsi dan lingkup tanggung jawab pekerjaan yang dijalankan. Jadi, jabatan yang lebih tinggi juga memiliki bobot poin perhitungan bonus yang lebih besar dibandingkan jabatan di bawahnya.
Departemen atau divisi dalam perusahaan juga memengaruhi besaran bonus. Bukan persoalan yang satu lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih karena masing-masing departemen punya level kontribusi yang berbeda bagi pertumbuhan bisnis.
Aturan sederhananya, karyawan di departemen yang menjalankan kegiatan inti bisnis berhak mendapat bobot poin perhitungan bonus lebih besar dibandingkan departemen yang sifatnya pendukung.
Baca Juga: Perhitungan PPh 21 THR dan Bonus 2024 dengan Tarif Efektif
Sanksi karyawan berupa surat peringatan (SP) juga memengaruhi perhitungan bonus. SP merupakan indikasi pelanggaran. Karyawan yang tidak pernah kena sanksi akan mendapat poin penuh. Semakin berat level pelanggaran, maka semakin kecil bobot poin untuk perhitungan bonus tahunan.
Berikut ini bobot poin untuk setiap variabel rumus hitung bonus tahunan:
Baca Juga: Pahami Cara Menyusun Anggaran HRD dengan Tepat
Menawarkan Paket Kompensasi dan Tunjangan yang Menarik
Menawarkan paket kompensasi dan tunjangan yang menarik juga dapat membantu perusahaan mempertahankan karyawan yang berkualitas. Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan dibayar dengan cukup dan adil sesuai dengan kinerja mereka. Selain itu, memberikan tunjangan seperti asuransi kesehatan, program kesejahteraan, dan cuti yang fleksibel juga bisa membantu meningkatkan kepuasan karyawan dan mempertahankan mereka di perusahaan.
Pertanyaan Umum tentang Turnover Karyawan
Mengurangi Produktivitas
Ketenangan tim adalah kunci untuk produktivitas yang stabil. Pergantian karyawan yang terus-menerus menciptakan kekacauan dan menurunkan efisiensi. Karyawan baru memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan tugas-tugas pekerjaan, mengakibatkan penurunan produktivitas selama periode adaptasi.